Selasa, 30 Juni 2009

Cara mudah dan murah isi pulsa (revisi terbaru & terbaik)

Kadang kita terlalu sibuk dan malas untuk mengisi pulsa ke counter padahal sedang membutuhkannya untuk menelpon, semoga saya bisa membantu seperti halnya saya juga terbantu dengan adanya SPEEDYPULSA.

SPEEDY PULSA adalah layanan server pulsa untuk pengisian pulsa elektrik baik GSM/CDMA bekerjasama dengan CV. ARYA MULTI SENTRA PROFESSIONAL atau yang lebih dikenal dengan nama AMSPRO JEMBER dan merupakan Real Bisnis. Bukan bisnis MLM, bukan bisnis Money Game atau bisnis permainan uang lainnya yang membagikan uang member ke member yang lain. Setiap bonus yang kami berikan adalah sebagian dari keuntungan Perusahaan yaitu berupa INFAQ dan SADAQOH. Jadi, tidak ada istilah setelah anda mendaftar, terus anda harus transfer sejumlah uang ke Sponsor anda. Bonus kami berikan sebagai tanda terima kasih kami kepada member kami yang aktif berpromosi sekaligus sebagai balas jasa atas perjuangannya yang tulus dan ikhlas dalam memperkenalkan situs kami kepada orang lain. Sebagai pelaku bisnis pulsa elektronik dan sebelumnya pernah terjun langsung di 2 vendor autoreload lainnya (PULSAGR*M dan PULSAS*P*R), saya merekomendasikan SPEEDYPULSA untuk Anda karena dua alasan pokok dlm berbisnis pulsa : HARGA yg murah & Bonus halal.

Untuk yang menginginkan penghasilan tambahan dapat menjadi frontliner dalam pemasaran pulsa elektronik dan perekrutan dealer, siapapun anda, dimana pun anda berada, tidak menjadi hambatan untuk dapat bergabung bersama layanan isi ulang SPEEDYPULSA dan mendapatkan penghasilan tambahan hingga ratusan juta, untuk lebih jelasnya silahkan lihat http://www.speedypulsa.org/index.php?id=vouchermurah

Peluang bonusnya sangat besar, sebagai ilustrasi, setelah anda mendaftar di SPEEDY PULSA kemudian anda mendaftarkan 20 downline dan ke 20 downline anda mendaftarkan lagi 20 downline dengan set harga Rp. 50 dan mereka melakukan 10 transaksi setiap hari, maka total bonus yang anda dapatkan adalah Rp. 50x20x20x10=Rp. 200.000. Pendapatan bonus anda perhari Rp. 200.000, pendapatan bonus anda perbulan Rp. 6.000.000 dan pendapatan bonus anda pertahun Rp. 72.000.000. Ini adalah perhitungan kotor dan hanya menyertakan 2 level saja. Bayangkan jika anda mempunyai downline lebih dari 20 dan downline anda mempunyai downline lebih dari 20 sampai kedalaman level 20 dan mereka melakukan transaksi lebih dari 10 kali perhari, berapa bonus yang akan anda dapatkan? Silahkan anda hitung sendiri, namun kami tidak menjamin semua member akan mendapatkan bonus sebesar itu, semua berdasarkan dari niat dan usahanya masing-masing. Ingat, kesuksesan itu ditangan anda bukan dari orang lain. dan para member/downline tdk akan merasa rugi bahkan akan untung karena mereka dapat mengisi pulsa mrk dg harga yang jauh lebih murah dari harga counter atau vendor autoreload lainnya.

Apa saja kelebihan lainnya yang ditawarkan oleh Speedypulsa? Mari kita simak penjelasannya dibawah ini.
* Pendaftaran Gratis
* Transaksi On 24 jam
* Technologi double Xeon
*Harga murah dan Stock full ready
* Transaksi cepat dan akurat
* Setiap Transaksi ada SN yang valid
* Nomor transaksi bisa GSM/CDMA
* Sms Center banyak pilihan
* Bisa daftar Downline tanpa batas level
* Bisa set harga downline (dianjurkan Rp.50 agar harga DL tetap termurah dipasaran)
* Bisa paralel hp hingga 3 nomor
* Bisa transaksi via Y!M
* Menu Transaksi yang lengkap
* Bisa cek saldo Downline
* Bisa kirim saldo ke downline berapapun mulai dari Rp. 1,-
* Cek mutasi Rebate/Komisi
* Tidak ada target penjualan
* Pendaftaran member baru dapat dilakukan oleh setiap member
* Setiap member berkesempatan memperoleh bonus perekrutan (bonus ini merupakan reward dari pengelola SPEEDYPULSA tanpa mengurangi bonus/harga downline)
* Memiliki sistem jaringan pemasaran online yang sangat FAIR
* Selain murah cara mengisi pulsanya juga tergolong mudah dan cepat, dengan 1 chip bisa digunakan untuk seluruh operator yang ada di Indonesia bahkan bisa dilakukan melalui Yahoo Messenger (gratis dan cepat), dimanapun anda berada bisa bertransaksi mengisi pulsa handphone anda sendiri, keluarga, teman, dan orang-orang yang ada di sekitar kita didukung dengan teknologi yang canggih dan tidak perlu ke counter.

Oleh karena itu tunggu apalagi, lakukan sesuatu yang bisa dilakukan sekarang jangan ditunda-tunda.
Kata kata bijak:
- Kerjakan dan upayakan bagian yg kita bisa kerjakan…
- Lakukan hal- hal kecil yg dianggap sepele tapi akan menjadikan sesuatu yg besar di kemudian hari…
Dikutip dari Mario Teguh…
Jika berminat gabung atau ada pertanyaan silahkan hubungi saya :
Fauzi di no HP 081514157001 atau via YM/email : ouzie354@yahoo.com
Semoga bermanfaat

Senin, 29 Juni 2009

Jangan meng"karbitkan" anak kita

Artikel ini ditulis oleh Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD
Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut
Pengembangan Pendidikan Karakter divisi dari Indonesia Heritage
Foundation, sangat bagus untuk dibaca,,,,,,,


Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepat matang Cepat layu…

Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana-mana orang tua
merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun
berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan pendidikan yang baik. Taman
kanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa. Kursus-kursus kilat
untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk
pendidikan ini amat beragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya.
Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai
bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia
pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang
menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua … Captive market!

Kondisi di atas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati lebih cermat, dan
kita baca berbagai informasi di intenet dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan
yang patut bagi anak usia dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besar
penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di samping
ketidakpatutan yang dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuannya!

ANAK-ANAK YANG DIGEGAS…
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak. Diantaranya
yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual secara dini. Akibatnya
bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk
menjalani akselerasi dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapankecakapan
akademik di dalam dan di luar sekolah.
Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini terjadi pada tahun
1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker.
Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater.
Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya
masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang.
Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi
kemudian? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari menemukan seorang
pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu
dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.
Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada seorang anak
perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, di mana seorang Ibu yang bernama Aaron
Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi
perkembangan kognitif anaknya, sejak si anak masih berupa janin. Baru saja bayi itu lahir
ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak
berbicara dengan menggunakan bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun, Edith
telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun, Edith telah menyelesaikan
membaca ensiklopedi Britannica. Usia 9 tahun, ia membaca enam buah buku dan koran New
York Times setiap harinya. Usia 12 tahun, dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15
tahun, ia menjadi guru matematika di Michigan State University. Aaron Stem berhasil
menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga.
Namun kabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan
yang diraih anak saat ia menjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan
anak ketika ia menjadi manusia dewasa.
Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil mengguncang
dunia dengan penemuannya. Di saat mereka kecil, mereka hanyalah anak-anak biasa yang
terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. Seperti halnya Einstien yang mengalami
kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun.
Selama berpuluh-puluh tahun, orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa depan
sangat ditentukan oleh faktor kognitif. Otak memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada
berhingga. Oleh karena itu, banyak orangtua dan para pendidik tergoda untuk melakukan "Early
Childhood Training". Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasannya. Setiap orangtua
dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super
(Superkids).
Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan
otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja.
Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses pendidikan di
sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang di mana-mana, di Indonesia.

"EARLY RIPE, EARLY ROT…!"
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1990 di Amerika. Saat
orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak
usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidak segera mengajarkan anak-anak mereka
berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka mereka akan kehilangan "peluang emas"
bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak mereka sesegera
mungkin ke Taman Kanak-kanak (Pra Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati
menerima anak-anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini gurunya
membelajarkan membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula.
Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amerika sudah dirasakan saat Rusia
meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "Era Headstart" merancah dunia pendidikan.
Para akademisi begitu optimis untuk membelajarkan wins dan matematika kepada anak
sebanyak dan sebisa mereka (tiada berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang
anak, apa yang mereka butuhkan dan inginkan sebagai anak.
Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome Bruner, seorang
psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah buku terkenal "The Process of
Education" pada tahun 1990. Ia menyatakan bahwa kompetensi anak untuk belajar sangat tidak
berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang mereformasi kurikulum pendidikan di Amerika .
"We begin with the hypothesis that any subject can be taught effectively in some intellectually
honest way to any child at any stage of development" .
Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang disalahartikan oleh banyak pendidik, yang
akhirnya menjadi bencana! Pendidikan dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak
sehingga membuat mereka cepat matang dan cepat busuk. (early ripe, early rot!).
Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD. Di rumah, para
orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitu mengajarkan sedini mungkin anakanak
mereka membaca ketika Glenn Doman menuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi
membaca.
Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep "kesiapan-readiness "
dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang mendapat banyak decakan kagum. Ia
berpendapat tentang "biological limititations on learning". Untuk itu ia menekankan perlunya
dilakukan intervensi dini dan rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap
belajar apapun.
Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolah membuat anakanak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi "miniature orang dewasa ". Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah sebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa, berlaku pun juga seperti orang dewasa. Di sisi lain, media pun
merangsang anak untuk cepat mekar terkait dengan musik, buku, film, televisi, dan internet.
Lihatlah maraknya program teve yang belum pantas ditonton anak anak yang ditayangkan di
pagi atau pun sore hari. Media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar
orang dewasa sebagai seksual promosi yang menyesatkan Pendek kata, media telah
memekarkan bahasa, berpikir dan perilaku anak tumbuh kembang secara cepat.
Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak? Apakah faktor emosi dan
perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti halnya kecerdasan? Perasaan dan
emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya sendiri yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa
saja anak terlihat berpenampilan sebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidak
seperti orang dewasa. Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di
semua hal.
Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya kecerdasan (intelektual)
anak. Oleh karena perkembangan emosi lebih rumit dan sukar, terkait dengan berbagai
keadaan, cobalah perhatikan, khususnya saat perilaku anak menampilkan gaya "kedewasaan ",
sementara perasaannya menangis berteriak sebagai "anak".
Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anak laki-laki
Heintje" di era tahun 70-an:

I'M NOBODY'S CHILD
I'm nobody's child
I'm nobody's child
Just like a flower
I'm growing wild
No mommies kisses and no daddy's smile
Nobody's touch me
I'm nobody's child.

DAMPAK BERIKUTNYA TERJADI KETIKA ANAK MEMASUKI USIA REMAJA
Akibat negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasuki usia remaja. Mereka
tidak segan segan mempertontonkan berbagai macam perilaku yang tidak patut. Patricia
O'Brien menamakannya sebagai "The Shrinking of Childhood". "Lu belum tahu ya… bahwa
gue telah melakukan segalanya", begitu pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun
kepada teman-temannya. "Gue tahu apa itu minuman keras, drug, dan seks", serunya bangga.
Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan bagaimana pengaruh
tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai gangguan kepribadian dan emosi pada
anak. Oleh karena ketika semua menjadi cepat mekar, kebutuhan emosi dan sosial anak jadi
tak dipedulikan! Sementara anak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan
untuk berkembang, sebuah proses dalam kehidupannya!
Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke atas yang berkarier di luar
rumah tidak memiliki waktu banyak dengan anak-anak mereka. Atau pun jika si ibu berkarier di
dalam rumah, ia lebih mengandalkan tenaga "baby sitter" sebagai pengasuh anak-anaknya.
Colette Dowling menamakan ibu-ibu muda kelompok ini sebagai "Cinderella Syndrome" yang
senang window shopping, ikut arisan, ke salon memanjakan diri, atau menonton telenovela atau
buku romantis. Sebagai bentuk ilusi menghindari kehidupan nyata yang mereka jalani.
Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di lembaga pendidikan
yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai les, dan mengikuti berbagai rena,
seperti lomba penyanyi cilik, lomba model ini dan itu. Para orangtua ini juga sangat bangga
jika anak-anak mereka superior di segala bidang, bukan hanya di sekolah. Sementara rangtua
yang sibuk juga mewakilkan diri mereka kepada baby sitter terhadap pengasuhan dan
pendidikan anak-anak mereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikuti pendidikan parenting
di lembaga pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang tua.

ERA SUPERKIDS…
Kecenderungan orangtua menjadikan anaknya "be special" daripada "be average or normal"
sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak mereka menjadi "to excel to be the
best". Sebetulnya tidak ada yang salah. Namun ketika anak-anak mereka digegas untuk mulai
mengikuti berbagai kepentingan orangtua untuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam
kegiatan, seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa, renang, basket, balet, tari ball, piano, biola,
melukis, dan banyak lagi lainnya maka lahirlah anak-anak super "SUPERKIDS". Cost (biaya)
merawat anak superkids ini sangat mahal.
Era superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua saling berkompetisi dalam
mendidik anak karena mereka percaya "earlier is better". Semakin dini dan cepat dalam
menginvestasikan beragam pengetahuan ke dalam diri anak mereka, maka itu akan semakin
baik.
Neil Posmant seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anak
tercabut dari masa kanak-kanaknya, maka lihatlah ketika anak anak itu menjadi dewasa, maka
ia akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan!

BERBAGAI GAYA ORANGTUA
Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan berbagai gaya
orangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan "miseducation" terhadap pengasuhan
pendidikan anak-anaknya.
Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan, antara lain:

Gourmet Parents (Orang tua Borju)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah bagus, mobil mewah,
liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gaya hidup kebarat-baratan. Apabila
menjadi orangtua maka mereka akan cenderung merawat anak-anaknya seperti halnya
merawat karier dan harta mereka. Penuh dengan ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca
karena ingin tahu isu-isu mutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa
tugas pengasuhan yang baik seperti halnya membangun karier, maka "superkids" merupakan
bukti dari kehebatan mereka sebagai orangtua. Orangtua kelompok ini memakaikan anakanaknya
baju-baju mahal bermerek terkenal, memasukkannya ke dalam program-program
eksklusif yang prestisius. Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah
diajak tamasya keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuah
sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek mobil terkenal, maka itulah
sekolah banyak kelompok orangtua "gourmet " atau kelompok borju menyekolahkan anakanaknya.
College Degree Parents (Orang tua Intelek)
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke atas. Mereka
sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diri dalam barbagai
kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat majalah dinding dan kegiatan
ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari
kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka "Superkids",
apabila si anak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga
memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai bukti bahwa mereka
mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas.
Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di
sekolah anak-anaknya. Dan dalam banyak hal mereka banyak membantu dan peduli dengan
kondisi sekolah.
Gold Medal Parents (Orang tua Mendali Emas)
Kelompok ini adalah kelompok orangtua yang menginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor
dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke berbagai kompetisi dan
gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti Olimpiade matematika dan sains yang
akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia. Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes
menari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya
dapat meraih kemenangan dan menjadi "Seorang Bintang Sejati ". Sejak dini mereka
persiapkan anak-anak mereka menjadi "Sang Juara", mulai dari juara renang, menyanyi dan
melukis hingga none abang cilik ketika anak-anak mereka masih berusia TK.
Sebagai ilustrasi,dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang, puluhan anak-anak TK baik
laki-laki maupun perempuan tengah menunggu di mulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang
sesak, penuh asap rokok, dan acara yang molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta.
Anak-anak mulai resah, berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi mascara anak
kecil mereka. Para orangtua masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar.
Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagai pemenang. Sementara
pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipas kertas.
Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku ambisi kelompok gold
medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an seorang gadis kecil pesenam usia TK
rnengalami kelainan tulang akibat ambisi ayahnya yang guru olahraga. Atau kasus "bintang
cilik" Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa kanak-kanaknya.
Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba hingga menjadi penghuni penjara.
Atau bintang cilik dunia Heintje yang setelah dewasa hanya menjadi pasien dokter jiwa. Gold
medal parent menimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka!
Pada tanggal 29 Mei lalu kita saksikan di TV bagaimana bintang cilik "Joshua" yang bintangnya
mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya. Orangtua Joshua berambisi untuk kembali
menjadikan anaknya seorang bintang dengan kembali menggelar konser tunggal. Sebagian dari
kita tentu masih ingat bagaimana lucu dan pintarnya Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Dia muncul di TV sebagai anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama kepala negara. kemudian di usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagum bagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja di salon dapat membentuk dan menjadikan anaknya seorang "superkid" seorang penyanyi sekaligus seorang bintang film.
Do-it Yourself Parents (Orang tua Mandiri)
Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu
dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional di bidang sosial dan
kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah, di Posyandu dan di
perpustakaan.
Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan
sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu, kelompok ini juga bemimpi untuk
menjadikan anak-anaknya "Superkids earlier is better".
Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga
mengajarkan merawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini
merupakan kelompok penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.
Outward Bound Parents (Orang tua Paranoid)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat memberi
kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, agar anakanak
dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka
dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka
mereka lebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat tempat tawuran yang
berbahaya. Seperti halnya Do It Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga
terkadang terpengaruh dan menerima konsep "Superkids". Mereka mengharapkan anakanaknya
menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai
macam marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti
memasukkan anak-anaknya "Karate, Yudo, pencak Silat" sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran
kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka terlalu erlebihan melihat
marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat situasi yang
selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka
menjadi "steril" dengan lingkungannya.
Prodigy Parents (Orang tua Instan)
Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam karier namun tidak memiliki pendidikan
yang cukup. Mereka cukup berada, narnun tidak berpendidikan yang baik. Mereka memandang
kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat semata. Oleh karena itu mereka juga
memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan
kemampuan anak-anaknya.
Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat dan sukses
seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocok diberikan kepada anakanaknya.
Oleh karena itu mereka sangat mudah terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam
mendidik anak tanpa bersekolah. Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat mereka sukai.
Misalnya buku tentang "Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca" karangan Glenn Doman , atau
"Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika" karangan Siegfried, "Berikan Anakmu pemikiran
Cemerlang" karangan Therese Engelmann, dan "Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca
Dalam Waktu 9 Hari" karangan Sidney Ledson.
Encounter Group Parents (Orang tua Pengerumpi)
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka terkadang
cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap
(luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan kelompok orangtua yang kurang bahagia
dalam perkawinannya. Mereka menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship
dalam membina hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnya kelompok ini sering
melakukan ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan berbagai perilaku "gang ngrumpi"
yang terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam
kelompoknya sehingga mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau pun jika mereka
memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi kepada kepentingan kelompok mereka.
Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk memilihkan pendidikan bagi anakanaknya.
Menjadikan anak-anak mereka sebagai "Superkids" juga sangat diharapkan. Namun
banyak dari anak anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang
diharapkan.
Milk and Cookies Parents (Orang tua Ideal)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang bahagia,
yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka cenderung menjadi
orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat peduli
dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka dengan penuh dukungan. Kelompok ini
tidak berpeluang menjadi oraugtua yang melakukan "miseducation" dalam merawat dan
mengasuh anak-anaknya. Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya
dengan penuh perhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang tua. Mereka
memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku, lukisan dan musik yang disukai oleh
anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat dan menciptakan lingkungan
yang menstimulasi anak-anak mereka untuk tumbuh mekar segala potensi dirinya. Anak-anak
mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah. Kehangatan
hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak untuk percaya diri dan
antusias dalam kehidupan belajar.
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang menjalankan tugasnya dengan patut kepada
anak-anak mereka. Mereka begitu yakin bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu
untuk dapat menemukan sendiri keistimewaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, mereka
percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatan di dirinya. Bagi
mereka, setiap anak adalah benar-benar seorang anak yang hebat dengan kekuatan potensi
yang juga berbeda dan unik!
Kamu harus tahu bahwa tiada satu pun yang lebih tinggi, atau lebih kuat, atau lebih baik, atau
pun lebih berharga dalam kehidupan nanti daripada kenangan indah; terutama kenangan manis
di masa kanak-kanak.
Kamu mendengar banyak hal tentang pendidikan, namun beberapa hal yang indah, kenangan
berharga yang tersimpan sejak kecil adalah mungkin itu pendidikan yang terbaik. Apabila
seseorang menyimpan banyak kenangan indah di masa kecilnya, maka kelak seluruh
kehidupannya akan terselamatkan. Bahkan apabila hanya ada satu saja kenangan indah yang
tersiampan dalam hati kita, maka itulah kenangan yang akan memberikan satu hari untuk
keselamatan kita" (destoyevsky' s brothers karamoz)


PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga terlihat
jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produk daripada proses pembelajaran.
Sekolah terlihat sebagai sebuah "industri" dengan tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan
kebutuhan anak. Ada program akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang
menumpuk. Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja.
Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai "Operator kurikulum" dan tidak punya waktu
mempersiapkan materi ajar karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah. Sebagai guru
kelas yang mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi
"pengabar isi buku pelajaran" ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam menfasilitasi
pembelajaran. Di saat-saat tertentu, sekolah akan menggunakan "mesin-mesin dalam menskor"
capaian prestasi yang diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata
pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sekolah. Pikiran
mereka diforsir untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan
sebagai anak.
Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan organisasi sebuah
birokrasi? Manfaat apa yang dirasakan anak jika mereka diminta membuat PR yang menuliskan
susunan kabinet yang ada di pemerintahan? Manfaat apa yang dimiliki anak jika ia disuruh
menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam buku pelajaran? Tumpulnya rasa dalam
mencerna apa yang dipikirkan oleh otak dengan apa yang mirefleksikan dalam sanubari dan
perilaku-perilaku keseharian mereka sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu
banyak tentang pengetahuan yang dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam
kurikulum persekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam kehidupan
nyata. Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah? dengan tugas-tugas dan
PR yang menumpuk.
Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuh bersekolah untuk menyongsong
kehidupannya! Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 %
kognitif dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan
"pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Di mana guru mengajar, anak
diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru berpikir dan anak dipikirkan,
guru berbicara dan anak mendengarkan, guru mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih dan
mendesakkan pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anak hanya
membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program dan anak menjalaninya
begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire,1993) .
Model pembelajaran banking system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan
terbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan ranking wilayah.

MENGKOMPETENSI ANAK MERUPAKAN "KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN"
"Anak adalah anugrah Tuhan sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi citra anak dibentuk
oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasa yang bertanggungjawab"
(Nature versus Nurture) Bagaimana?
Karena ada dua pengertian kompetensi. Kompetensi yang datang dari kebutuhan di luar diri
anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari
dalam diri anak sendiri.
Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson (psikolog)
pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadi apapun sesuai
kehendak kita; sebagai komponen sentral dari konsep kompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi
pembelajar, maka mereka juga dapat dibentuk melalui pembelajaran dini.
Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut :
"Give me a dozen healthy infants, well formed and my own special world to bring them up in,
and I'll guarantee you to take any one at random and train him to become any type of specialist
I might select — doctor, lawyer, artist, merchant chief and yes, even beggar and thief regardless
of this talents, penchants, tendencies, vocations, and race of his ancestors "
Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi dini" setelah mereka
melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada anak-anaknya. Ada sebuah kasus kontroversi
yang terjadi di Institut New Jersey pada tahun 1979. Dimana guru-guru melakukan serangkaian
program tes untuk mengukur "Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic Skill)" dalam mata
pelajaran membaca dan matematika. Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnis
pendidikan Fred Hechinger kepada New York Times sebagai berikut : "The improvement in
those areas were not the result of any magic program or any singular teaching strategy, they
were…. simply proof that accountability is crucial and that, in the past five years, it has paid off
in New Yersey" Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti Eleanor
Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang diilustrasikan sebagai anak-anak yang
bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik ketika mereka bersekolah di SD kelas
rendah. Semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan dini sangat berbahaya jika
dibuatkan kompetensi-kompeten si perolehan pengetahuan hanya secara kognitif.
Oleh karena hingga hari ini, sekolah belum mampu menjawab dan dapat menampilkan
kompetensi emosi sosial anak dalam proses pembelajaran. Pendidikan anak seutuhnya yang
terkait dengan berbagai aspek seperti emosi, sosial, kognitif fisik, dan moral belum dapat
dikemas dalam pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan sejati
adalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki anak sebagai
kompetensi yang beragam dan unik untuk dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untuk di tes
dan di skor saja!.
Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasan pembelajaran yang berkeping-keping,
tetapi bagaimana secara spontan anak dapat terus menerus merawat minat dan keingintahuan
untuk belajar. Anak mengenali tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan dalam
kehidupannya. Perilaku keingintahuan "curiosity" inilah yang banyak tercabut dalam sistem
persekolahan kita.

AKADEMIK BUKANLAH KEBUTUHAN DARI SEBUAH PENDIDIKAN! "EMPTY
SACKS WILL NEVER STAND UPRIGHT"(GEORGE ELIOT).
Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melalui kecakapan
akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun secara bersamaan, pikiran,
hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak didiknya. Membelajarkan secara serempak pikiran, hati
dan pisik anak akan menumbuhkan semangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilah
dibutuhkannya peranan guru sebagai pendidik akademik dan pendidik sanubari "karakter". Di
mana mereka mendidik anak menjadi "good and smart" terang hati dan pikiran.
Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada anak didik mereka.
Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada anak didiknya bahwa mereka akan
memperoleh kecakapan berpikir tinggi, dengan berpikir kritis, dan cakap memecahkan masalah
hidup yang mereka hadapi sebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan yang terbina
dengan baik yang melibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkan berbagai kreativitas.
Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya berjam-jam untuk
belajar anatomi tubuh manusia. Thomas Edison mengatakan bahwa "genius is 1 percent
inspiration and 99 percent perspiration ". Semangat belajar "encourage" tidak dapat muncul
tiba-tiba di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati, kesukaan dan kecintaan belajar.
Sementara di sekolah banyak anak patah hati karena gurunya yang tidak mencintai mereka
sebagai anak. Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan
"moral litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa kecerdasan saja tidak
cukup. Kecerdasan plus karakter inilah tujuan sejati sebuah pendidikan (Martin Luther King, Jr ).
Inilah keharmonisan dari pendidikan, bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan,
antara kecerdasan hati dan pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan perbuatan yang
baik.

PENUTUP
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang terang hati dan
terang pikiran "good and smart" merupakan tugas kita bersama. Melakukan reformasi dalam
pendidikan merupakan kerja keras yang mesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan
masyarakat, khususnya antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak
yang tidak berorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala
potensi yang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang
cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi.
Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini kepada anak. Mereka
ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS". Inilah fenomena yang sedang trend akhir-akhir
ini. Inilah juga awal dari lahirnya era anak-anak karbitan! Lihatlah nanti ketika anak-anak
karbitan itu menjadi dewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa yang ke kanakkanakan